NUH DAN BAHTERA
Pada zaman Nuh,
manusia hidup dalam dosa dan kejahatan. Hampir semua orang sudah melupakan
Tuhan, berbuat jahat, dan tidak taat kepada firman-Nya. Hati Tuhan sangat sedih
melihat dunia penuh dengan kejahatan. Tuhan lalu memutuskan untuk mendatangkan
air bah yang besar untuk membersihkan bumi dari segala dosa. Tetapi di antara
semua orang pada masa itu, ada seorang yang hidup benar dan berkenan kepada
Tuhan, namanya Nuh. Nuh adalah orang yang taat, rajin beribadah, dan
setia kepada Tuhan walaupun orang-orang di sekelilingnya hidup dalam dosa.
Karena ketaatannya, Tuhan berkenan memakai Nuh untuk melaksanakan rencana-Nya
yang besar.
Tuhan
memerintahkan Nuh untuk membuat sebuah bahtera, yaitu kapal yang sangat besar,
agar ia dan keluarganya bisa selamat dari air bah. Bahtera itu bukan kapal
biasa, melainkan sangat besar ukurannya, panjangnya kira-kira 150 meter,
lebarnya 25 meter, dan tingginya 15 meter. Tuhan memberikan petunjuk dengan
sangat jelas bagaimana Nuh harus membangunnya. Meskipun perintah itu terdengar
aneh—karena pada waktu itu belum ada hujan lebat atau banjir besar—Nuh tetap
taat dan melakukan apa yang Tuhan suruh. Dengan penuh kesabaran, ia membangun
bahtera selama bertahun-tahun.
Selama Nuh
membangun bahtera, banyak orang menertawakan dan mengejeknya. Mereka menganggap
Nuh gila karena membuat kapal besar di daratan yang jauh dari laut. Tetapi Nuh
tidak peduli pada ejekan mereka, ia tetap percaya pada firman Tuhan. Ketika
bahtera selesai, Tuhan menyuruh Nuh membawa keluarganya serta binatang-binatang
dari berbagai jenis ke dalam bahtera—dua-dua dari setiap jenis, jantan dan
betina—supaya tetap ada kehidupan setelah air bah berakhir. Nuh melakukan
semuanya tepat seperti yang diperintahkan Tuhan.
Kemudian hujan
turun deras selama empat puluh hari empat puluh malam. Air bah meliputi
seluruh bumi, bahkan menutupi puncak gunung-gunung. Semua manusia dan binatang
yang tidak masuk ke dalam bahtera binasa. Tetapi Nuh, keluarganya, dan
binatang-binatang yang ada di dalam bahtera selamat karena mereka berada di
bawah perlindungan Tuhan. Setelah seratus lima puluh hari, air mulai surut, dan
akhirnya bahtera itu berlabuh di pegunungan Ararat.
Untuk memastikan
apakah daratan sudah kering, Nuh melepaskan burung gagak dan burung merpati.
Burung gagak terbang tetapi tidak kembali, sedangkan burung merpati kembali
karena belum ada tempat bertengger. Seminggu kemudian Nuh melepaskan merpati
lagi, dan kali ini burung itu kembali dengan membawa sehelai daun zaitun. Itu
tanda bahwa air sudah mulai surut. Ketika akhirnya bumi benar-benar kering,
Tuhan memerintahkan Nuh untuk keluar dari bahtera bersama keluarganya dan semua
binatang.
Hal pertama yang
dilakukan Nuh setelah keluar dari bahtera adalah membangun mezbah dan
mempersembahkan korban kepada Tuhan sebagai tanda syukur. Tuhan berkenan kepada
korban itu dan berjanji tidak akan memusnahkan bumi dengan air bah lagi.
Sebagai tanda perjanjian-Nya, Tuhan memberikan pelangi di langit.
Pelangi itu menjadi lambang kasih setia Tuhan dan janji-Nya bahwa Ia akan
selalu mengingat manusia dan bumi ciptaan-Nya.
Kisah Nuh dan
bahtera mengajarkan kita banyak hal penting. Pertama, Nuh adalah contoh orang
yang taat kepada Tuhan meskipun orang lain tidak percaya. Ia berpegang teguh
pada firman Tuhan walaupun ditertawakan. Kedua, ketaatan membawa keselamatan.
Karena Nuh taat, ia dan keluarganya selamat dari air bah. Ketiga, Tuhan selalu
setia kepada janji-Nya. Pelangi menjadi tanda bahwa Tuhan adalah Allah yang
penuh kasih dan setia.
Bagi kita sebagai
anak-anak Tuhan, kisah ini mengingatkan bahwa kita juga harus hidup taat kepada
firman Tuhan meskipun kadang berbeda dengan orang lain. Kita harus berani hidup
benar di tengah dunia yang penuh dengan dosa. Selain itu, kita juga harus percaya
bahwa Tuhan selalu menjaga, melindungi, dan menepati janji-Nya. Sama seperti
Nuh yang diselamatkan melalui bahtera, kita pun diselamatkan melalui Yesus
Kristus yang adalah “bahtera keselamatan” bagi semua orang yang percaya
kepada-Nya.
.jpg)
Posting Komentar untuk "NUH DAN BAHTERA"